Text
Evaluasi penerimaan obat formularium nasional dari pedagang besar farmasi ke gudang farmasi di salah satu rumah sakit di Kota Bandung
Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional terdapat beberapa kendala, salah satu diantaranya adalah kekosongan stok obat yang masuk dalam daftar obat Formularium Nasional (Fornas). Masalah kekosongan obat Fornas inilah yang diteliti terutama kekosongan yang diakibatkan oleh ketidaktersediaan obat di Pedagang Besar Farmasi (PBF). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kepatuhan PBF terhadap kontrak kerja sama yang telah dibuat dan mengetahui kemampuan PBF dalam memenuhi kebutuhan obat di salah satu rumah sakit di kota Bandung. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental dengan cara mengevaluasi penerimaan obat dari PBF ke gudang farmasi berdasarkan Purchase Order (PO) yang dibuat pada bulan Januari-Februari 2015. Berdasarkan data penerimaan obat pada bulan Januari-Februari 2015, dapat dilihat masih kurangnya kemampuan PBF dalam memenuhi permintaan kebutuhan obat Fornas. Ini terlihat dari jumlah obat yang terkirim 100% dalam waktu kurang dari 7 hari hanya mencapai angka 63,77%, dan obat yang tidak terpenuhi sebanyak 13,97%. Beberapa kendala dalam pengadaan obat Fornas, diantaranya yaitu proses e-purchasing kepada distributor membutuhkan waktu, keterlambatan distribusi dari PBF ke gudang farmasi, stok obat kosong di PBF dan kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada PBF yang tidak dapat memenuhi permintaan kebutuhan obat. Pada akhirnya diperlukan kerja sama yang baik dengan semua pihak agar masalah kekosongan stok obat ini dapat diatasi, sehingga pelayanan kepada pasien tidak terganggu.
Tidak tersedia versi lain