Text
PEMANFAATAN SUKROSA SEBAGAI RETARDER PADA MORTAR BERBASIS TERAK NPI (NICKEL PIG IRON)
Dengan maraknya pembangunan dimana aspek lingkungan itu harus diperhatikan, maka agregat kasar dan pasir yang berasal dari sumber daya alam, sebaiknya dibatasi, bila memungkinkan diganti dengan agregat produk limbah terak npi yang merupakan hasil buangan dari produk industri logam. Di Indonesia pada perusahaan Indoferro memiliki Kapasitas smelter NPI sebesar 250.000 ton per tahun. Dengan adanya penambahan, maka kapasitas produksi Indoferro akan meningkat menjadi 500.000 ton NPI per tahun (Guittara, 2016). Dan beton di musim panas cepat sekali mengeras setelah dicampur. Sedangkan secara tradisional salah satu bahan tambahan yang biasa digunakan untuk meningkatkan ketahanan panas adalah dengan gula. Penambahan gula yang disebarkan secara merata ke dalam adukan beton dapat mencegah terjadinya retakan-retakan mikro dalam beton yang terlalu dini, baik akibat panas hidrasi maupun akibat pembebanan (Birru dan Windya, 2009). Maka penelitian ini adalah membuat mortar dari campuran Terak NPI (nickel pig iron) dari PT Indoferro yang digunakan sebagai penguat pada pembuatan mortar. Dan sukrosa (gula pasir) sebagai retarder atau bahan memperlambat hidrasi. Dengan penelitian ini diperoleh manfaat adanya alternatif pemanfaatan limbah, sehingga dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Sampel dibuat dengan perbandingan pasir : semen 1:2,75 dengan variasi rasio (w/c) 0,6%, 0,5%, 0,4%. Variasi terak 0 & 50% dan sukrosa 0 & 0,05 gram %, beberapa material yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasir, air, semen, terak dan gula pasir. Mortar dibuat menggunakan cetakan berdimensi 5 cm x 5 cm x 5cm. Seluruh material ditimbang sesuai mix design kemudian dilakukan pencampuran bahan bahan dan diaduk hingga homogen, setelah adukan homogen lalu dimasukan kedalam cetakan hingga 24 jam lalu dilepas, setelah itu dibiarkan mengeras dengan perawatan melapisi permukaan beton dengan kain basah untuk menjaga kelembaban, setelah mencapai umur yang ditentukan maka dilakukan pengujian. Hasil pengujian tekan menunjukan bahwa variasi penambahan terak pada campuran mortar yang memberikan kuat tekan maksimum adalah MT50-0,5 pada hari ke 28. Pada mortar terak didapatkan kuat tekan sebesar 23,8916 MPa dibandingkan dengan mortar normal sebesar 21,98 MPa. Peningkatan kuat tekan mortar campuran slag ini dapat terjadi karena slag mengandung senyawa sementik yang secara kimiawi dapat bereaksi dengan senyawa Calcium Hydroxide hasil reaksi hidrasi semen dengan air membentuk senyawa Calcium Silicate Hydrate yang berperan untuk meningkatkan kekuatan mortar. dapat dilihat bahwa sampel mortar kontrol memiliki waktu ikat awal lebih cepat dibandingkan dengan mortar sukrosa, yaitu pada menit ke 225 pada kedalaman 4,8 cm. Sedangkan waktu ikat awal mortar sukrosa terjadi pada menit ke 570 pada kedalaman 4,9 cm. itu disebabkan karena adanya penundaan proses pengikatan awal semen dengan membentuk lapisan tipis pada semen sehingga memperlambat reaksi semen dengan air.rnrnWith the proliferation of development where environmental aspects must be considered, coarse aggregates and sand derived from natural resources should be limited, if possible replaced with aggregate slag waste products which are the products of metal industry products. In Indonesia, the Indoferro company has an NPI smelter capacity of 250,000 tons per year. With the addition, the production capacity of Indoferro will increase to 500,000 tons of NPI per year (Guittara, 2016). And concrete in summer quickly hardens after being mixed. While traditionally one of the additional ingredients commonly used to increase heat resistance is sugar. The addition of sugar distributed evenly into the concrete mixture can prevent the occurrence of micro cracks in concrete that are too early, either due to heat hydration or due to loading (Birru and Windya, 2009). So this research is to make mortar from Terak NPI mixture (nickel pig iron) from PT Indoferro which is used as reinforcement in making mortar. And sucrose (sugar) as a retarder or ingredient slows hydration. With this research the benefits of using an alternative waste can be obtained, so that it can reduce the impact of environmental pollution. The sample was made with a ratio of sand: cement 1: 2.75 with a variation ratio (w / c) 0.6%, 0.5%, 0.4%. Slag variations of 0 & 50% and sucrose 0 & 0.05 grams%, some of the materials used in this study are sand, water, cement, slag and sugar. Mortar is made using a mold with a dimension of 5 cm x 5 cm x 5 cm. All materials are weighed according to the mix design then the ingredients are mixed and stirred until homogeneous, after homogeneous mixture then put into the mold for up to 24 hours and then removed, after that it is allowed to harden with treatment coating the concrete surface with a wet cloth to maintain moisture, after reaching the specified age then testing is done. The results of the compressive test showed that the addition of slag to the mortar mixture which gave the maximum compressive strength was MT50-0.5 on day 28. The slag mortar obtained a compressive strength of 23.8916 MPa compared to normal mortar of 21.98 MPa. This increase in compressive strength of slag mix mortar can occur because the slag contains a compound that is chemically able to react with the Calcium Hydroxide compound resulting from the hydration reaction of cement with water to form a Calcium Silicate Hydrate compound which acts to increase mortar strength. It can be seen that the control mortar sample has a faster initial binding time compared to sucrose mortar, ie at 225 minutes at a depth of 4.8 cm. Whereas the initial time of sucrose mortar binding occurred at 570 minutes at a depth of 4.9 cm. it is caused by a delay in the initial binding process of cement by forming a thin layer of cement so that it slows down the reaction of cement with water.,
Tidak tersedia versi lain