Text
ANALISIS POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN DIAGNOSA GANGGUAN LAMBUNG (DISPEPSIA DAN GASTROESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE / GERD) DI KLINIK PRATAMA SANJAYA, KOTA BANDUNG
Gangguan lambung disebabkan oleh ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif. Gangguan lambung yang mungkin terjadi di masyarakat diantaranya dispepsia dan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Terapi pada pasien gangguan lambung sering mendapatkan kombinasi obat. Penggunaan beberapa obat secara bersamaan memudahkan terjadinya interaksi. Interaksi obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan dan dianggap penting secara klinis jika berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi sehingga terjadi perubahan pada efek terapi. Perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui potensi interaksi obat pada pasien gangguan lambung di Klinik Pratama Sanjaya, Kota Bandung. Desain penelitian noneksperimental secara deskriptif analitik untuk mencari hubungan antara obat yang diberikan dengan potensi interaksi obat. Instrumen untuk mengidentifikasi interaksi menggunakan drug interactions checker www.drugs.com, www.medscape.com dan stokley drug interaction 2008. Potensi interaksi obat pada pasien gangguan lambung ditemukan 209 pasien berpotensi mengalami interaksi obat. Pada fase interaksi farmakokinetik yang paling banyak potensi interaksinya yaitu omeprazol dan klordiazepoksida sebesar 15,31%, sedangkan pada fase farmakodinamik yang paling banyak potensi interaksinya yaitu ranitidin dan asetaminofen sebesar 20,57%. Dari seluruh kejadian interaksi ditemukan tingkat keparahan interaksi minor sebesar 66,03%, moderat 31,58%, mayor 0,96%, tidak diketahui 1,43%
Tidak tersedia versi lain