Text
Penilaian Kerasionalan Peresepan Antibiotik Penyakit ISPA Non Pneumonia Berdasarkan Kriteria WHO di Salah Satu Klinik Kota Bandung
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) non pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi di kecamatan Regol kota Bandung sekitar 32.02%. Tingginya prevalensi penyakit ISPA non pneumnoia serta dampak yang ditimbulkan membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas dan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penilaian kerasionalan obat antibiotik pada penyakit ISPA non pneumonia melalui peresepan dokter, pengobatan ISPA Non Pneumonia yang diberikan, penggunaan terapi antibiotik dan kesesuaian dengan standar dari indikator kerasionalan peresepan menurut WHO. Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2019 terhadap 7098 populasi dan diambil 380 sampel yang digunakan menurut rumus sampel dalam populasi Slovin, dengan mengumpulkan data resep dengan diagnosa ISPA non pneumonia secara acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien perempuan dari usia 15-25 tahun lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki dengan persentase 53% perempuan dan laki-laki 47%. Antibiotik yang diberikan dalam terapi ISPA Non Pneumonia adalah amoksisilin 53%, sefalosforin 26%, kotrimoksasol 12%, dan siprofloksasin 9%. Berdasarkan kesesuaian dengan standar dari indikator kerasionalan menurut WHO dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik sebesar 26,8% dari standar WHO sebesar 20% dengan adanya temuan ini maka penggunaan antibiotik untuk ISPA non pneumonia masih terbilang tinggi.
Tidak tersedia versi lain